Lokasi




Nifaq adalah penyakit yang berbahaya dan merupkan dosa besar, karena ia menampakkan diri sebagai seorang muslim, sementara batinnya ia kafir. Nifaq lebih berbahaya daripada kufur dan siksaannya lebih pedih. Allah swt menempatkan orang-orang munafik pada neraka yang paling bawah, sebagaimana firman Allah :
"Sesungguhnya orang - orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan neraka paling bawah dan kamu sekali- kali tidak akan mendapat seorangpun penolong bagi mereka" ( QS.An Nisa : 145 )

Orang munafik akan selalu berada dalam keadaan bingung dan hati yang resah untuk melakukan tipu daya dan dusta, secara lahir mereka ada bersama orang-orang yang mukmin akan tetapi hati mereka bersama orang orang kafir.Firman Allah s.w.t.:
"Mereka selalu ada dalam keraguan, sebab mereka tidak masuk pada golongan orang mukmin dan tidak pula golongan mereka ( orang kafir). Barang siapa yang disesatkan Allah maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan untuk memberi petunjuk baginya".( An - Nisa:143).

Orang-orang munafik adalah mereka yang paling menentang penegakan syari'at Allah swt, walaupun mereka mengaku sebagai seorang muslim, hal itu sebagaimana yang digambarkan dalam Al quran:
"Apabila dikatakan kepada mereka; marilah kamu ( tunduk ) kepada hukum yang Allah telah turunkan kepada rasu-Nyal" niscaya kamu lihat orang orang munafik menghalangi manusia dengan sekuat kuatnya dari mendekati kamu" (Annisa: 61)

Kita dapat lihat pada hari ini orang-rang yang mengaku Islam mereka beriya-iya bercakap dikhalayak ramai bahawa merekalah yang memajukan Islam, merekalah yang sebenarnya menurut ajaran Al-Quran dan Sunnah tetapi mereka jugalah yang rakus melakukan kemunkaran dengan mengadakan bermacam-macam pesta maksiat, nyanyian dan tarian, pertandingan ratu cantik. Merekalah juga yang membenarkan wujudnya kelab2 judi, disko, kelab2 malam dan berbagai2 kemunkaran yang haram disisi Islam.

Ulamak2 yang jujur menyatakan Islam tidak mereka benarkan bercakap untuk didengar didalam radio dan televisyen dengan alasan bolih menyesatkan umat tetapi meraka benarkan pula rancangan2 yang haram dan keji seperti nyanyian2 dan muzik, perempuan2 menari dengan mendedahkan aurat yang semuanya itu dilaknat olih Allah s.w.t. dan Rasulnya.Tetapi mereka kata rancangan2 sebegini diharuskan olih Islam untuk hiburan. Na’uzubillah min zalik. Kerana itulah munafik itu merupakan kekufuran yang paling keji.

Sepak terjang orang-orang munafik hanya berputar untuk kemaslahatan mereka, jika mereka bertemu dengan orang-orang mukmin mereka menampakkan iman untuk melakukan tipu daya mereka dan mencari muka agar mereka mendapatkan kebaikan dari orang orang mukmin, sebaliknya jika mereka bertemu dengan tokoh-tokoh ( pemimpinnya ) mereka berkata: "kami bersama kamu sekelian dengan apa yang ada pada kalian dalam kemusyrikan dan kekufuran" (Q.S Al Baqarah : 13 - 15 ).

Diantara sifat dan ciri orang munafik adalah:
1. Kufur kepada Allah swt.
2. Mempunyai sifat hasad dan dengki kepada orang mukmin.
3. Memperolo-olokk Allah dan RasulNya serta agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
4. Membuat kerusakan dimuka bumi dengan melakukan berbagai-bagai kezaliman.
5. Memiliki sifat pendusta dan manipulasi terhadap orang lain; memerintahkan kemungkaran dan mencegah kebaikan seperti kikir, rakus, tamak dan membuat kerusakan lain dengan cara dan gaya bahasa yang indah sehingga orang lain terpedaya.

Hal ini disebutkan oleh Allah swt. dalam firmanNya
"Dan apabila melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka: semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)" (QS. 63:4)

Jika orang orang kafir itu sebagai musuh nyata dari luar, maka sesungguhnya munafik adalah musuh terselubung yang lebih berbahaya, sebab musuh dalam selimut tidak bolih dilihat secara langsung, karena mereka turut bergaul dengan sesama umat islam.

Dalam ayat tersebut diatas, disebutkan bahwa Allah swt akan menempatkan orang orang kafir di neraka jahannam, "Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan mereka (orang-orang kafir dan orang-orang munafik) dineraka Jahannam." (AnNisa:140 ).

Akan tetapi Allah swt menempatkan orang - orang munafik dineraka yang paling bawah, karena amat besarnya bahaya mereka "Sesungguhnya orang - orang munafik itu (ditempatkan ) pada tingkatan neraka yang paling bawah ." ( An Nisa : 145 ).

Dan dikarenakan bahayanya orang-orang kafir dan orang-orang munafik amat besar bagi umat Islam, maka dari itu, Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk berjihad melawan mereka, hal ini seperti diterangkan dalam Al quran : " Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah kepada mereka! Tempat mereka adalah neraka jahanam dan itulah seburuk - buruk tempat kembali." ( Q.S Attahrim : 9 )

Source http://www.muslimdiary.com




30 Tanda-Tanda Orang Munafiq (Bag-1)

Hudzaifah.org - Sahabat Hudzaifah r.a pernah berkata: “Orang-orang munafik sekarang lebih jahat (berbahaya) daripada orang munafik pada masa Rasulullah saw.”
Ditanyakan kepadanya: “Mengapa demikian?”
Hudzaifah menjawab: “Sesungguhnya pada masa Rasulullah saw mereka menyembunyikan kenifakannya, sedangkan sekarang mereka berani menampakkannya.” (Diriwayatkan oleh Al Farayabi tentang sifat an nifaq (51-51), dengan isnad shahih)

Pernyataan sahabat Hudzaifah r.a itu diucapkannya pada 14 abad yang lampau. Jika demikian, bagaimana dengan orang-orang munafik pada abad ini?

Orang-Orang Munafiq dalam Al Qur’an

Allah telah menyebut kata an nifaq dan kata jadiannya di dalam Al Qur’an sebanyak 37 kali dalam surat yang berbeda. Yaitu, di dalam surat ‘Ali Imran, Al Hasyr, At Taubah, Al Ahzab, Al Fath, Al Hadid, Al Anfal, Al Munafiqun, An Nisaa, Al Ankabut, dan At Tahrim.

Kata an nifaq serta bentuk-bentuk jadiannya diulang-ulang penyebutannya pada sebagian dari surat-surat tersebut. Hal ini menunjukkan betapa sangat berbahaya orang-orang munafiq itu terhadap mujtama’ (masyarakat) dan Ad Din (agama).

Macam-Macam Nifaq

Menurut Ahlussunnah Wal Jama’ah, sifat nifak itu terbagi menjadi dua macam:
Pertama: Nifaq I’tiqadi (nifak dalam bentuk keimanan)
Nifak jenis ini menyebabkan pelakunya keluar dari agama (millah). Pelaku nifaq i’tiqadi ini ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Orang seperti ini di dalam hatinya mendustakan kitab-kitab Allah dan para malaikat-Nya, atau mendustakan salah satu asas dari asas Ahlussunnah. Dalil nifaq i’tiqadi ini adalah firman Allah Subhananu wa Ta’ala : “Di antara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,’ padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al Baqarah 8-10)

Kedua: Nifaq ‘Amali (nifaq dalam bentuk perbuatan)

Dalil mengenai nifaq ‘amali ini adalah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim: “Ada tiga tanda orang munafiq: jika berkata ia dusta, jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya ia khianat.”
Berikut ini ketiga puluh karakter orang-orang munafiq tersebut. Kemudian akan diperinci penjelasannya satu persatu:

Karakter Ke-1 : Dusta
Karakter Ke-2 : Khianat
Karakter Ke-3 : Fujur dalam Pertikaian
Karakter Ke-4 : Ingkar Janji
Karakter Ke-5 : Malas Beribadah
Karakter Ke-6 : Riya
Karakter Ke-7 : Sedikit Berdzikir
Karakter Ke-8 : Mempercepat Shalat
Karakter Ke-9 : Mencela Orang-Orang yang Taat dan Sholeh
Karakter Ke-10 : Memperolok Al Qur’an, As Sunnah, dan Rasulullah saw
Karakter Ke-11 : Bersumpah Palsu
Karakter Ke-12 : Enggan Berinfaq
Karakter Ke-13 : Tidak Memiliki Kepedulian terhadap Nasib Kaum Muslimin
Karakter Ke-14 : Suka Menyebakan Kabar Dusta
Karakter Ke-15 : Mengingkari Takdir
Karakter Ke-16 : Mencaci maki Kehormatan Orang-Orang Sholeh
Karakter Ke-17 : Sering Meninggalkan Shalat Berjamaah
Karakter Ke-18 : Membuat Kerusakan di Muka Bumi dengan Dalih Mengadakan Perbaikan
Karakter Ke-19 : Tidak Ada Kesesuaian antara Zhahir dengan Batin
Karakter Ke-20 : Takut Terhadap Kejadian Apa pun
Karakter Ke-21 : Berudzur dengan Dalih Dusta
Karakter Ke-22 : Menyuruh Kemungkaran dan Mencegah Kema’rufan
Karakter Ke-23 : Bakhil
Karakter Ke-24 : Lupa Kepada Allah SWT
Karakter Ke-25 : Mendustakan janji Allah dan Rasul-Nya
Karakter Ke-26 : Lebih Memperhatikan Zhahir, Mengabaikan Batin
Karakter Ke-27 : Sombong dalam Berbicara
Karakter Ke-28 : Tidak Memahami Ad Din
Karakter Ke-29 : Bersembunyi dari Manusia dan Menantang Allah dengan Dosa
Karakter Ke-30 : Senang dengan Musibah yang Menimpa Orang-Orang Beriman dan Dengki Terhadap Kebahagiaan Mereka

Karakter Ke-1 : Dusta

Imam Ibnu Taimiyyah berkata: “Al Kidzb (dusta) adalah salah satu rukun (elemen) dari kekufuran.” Selanjutnya beliau menuturkan bahwa jika Allah menyebut nifak dalam Al Qur’an, maka Dia menyebutkannya bersama dusta (al kidzb). Dan apabila Allah menyebut al kidzb, maka kata nifak disebutkan bersamanya. “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”(QS. Al Baqarah : 9-10). ”Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah." Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (QS. Al Munafiqun: 1)

Demikian juga apabila Allah menyebut tentang nifak, maka disebut pula qillatudz zikr (sedikit berdzikir kepada Allah). “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali “(QS. An Nisaa :142).

Sedangkan jika Allah meyebut tentang iman, disebut juga dzikrullah (mengingat Allah). ”Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al Munafiqun : 9).

Di dalam Kitab Shahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw bersabda: “Tanda orang munafiq ada tiga, salah satunya adalah jika berbicara dia dusta.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari pada Kitab Al Iman, Bab ‘Alamah al Munafiq, juz 1/11 (Fathul Bahri), juga diriwayatkan oleh Imam Muslim pada Kitab Al Iman, Bab Bayan Khishaal Al Munafiq, juz II, Jilid I, hlm. 46 (Syarh An Nawai). Keduanya dari Abu Hurairah r.a)

Dusta merupakan karakter yang secara kongkret membuktikan bahwa pelakunya telah terjangkiti “virus” nifak. Demikian pula halnya orang yang berdusta dengan cara bergurau (main-main) –meski sebagian orang telah meremehkan hal ini. Hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Imam ahmad dalam kitab Musnad-nya dengan sanad jayid (baik), yang berbunyi:

“Celakalah bagi orang yang berbicara (bercerita) lalu berbohong agar orang-orang tertawa dengan cerita dustanya itu. Celaka baginya, celaka baginya, celaka baginya.”

Karakter Ke-2 : Khianat

Dalil yang mendasari karakter ini adalah sabda Rasulullah saw : “Dan apabila berjanji, dia berkhianat.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari pada Kitab Al Iman, Bab ‘Alamah al Munafiq, juz 1/11 (Fathul Bahri), juga diriwayatkan oleh Imam Muslim pada Kitab Al Iman, Bab Bayan Khishaal Al Munafiq, juz II, Jilid I, hlm. 46 (Syarh An Nawai). Keduanya dari Abdullah bin amr bin Al ‘ash)

Barangsiapa bersumpah kepada kaum muslimin atau kepada waliyul ‘amr (penguasa) –ataupun mengikat perjanjian dengan orang kafir dalam suatu peperangan—kemudian ia mengkhianati perjanjian yang telah ia sepakati, maka ia terhadap dirinya sendiri sebagai orang munafik, seperti yang termuat dalam Shahih Muslim, ketika Rasulullah saw melantik seseorang menjadi pemimpin dari serombongan tentara. Pada saat itu beliau berpesan:

“....Apabila kamu telah mengepung penduduk suatu kampung, lalu mereka mengharapkan agar kamu membat janji dengan Allah dan Nabi-Nya untuk mereka, maka janganlah kamu mengabulkannya. Namun, ikatlah mereka dengan janjimu dan para sahabatmu. Sebab, seandainya kamu melanggar perjanjian tersebut, maka akan lebih ringan dibandingkan pelanggaran terhadap janji Allah dan Rasul-Nya. Dan jika kamu mengepung penduduk suatu perkampungan (perbentengan), lalu memintamu untuk menurunkan kepada mereka hukum Allah, maka janganlah kamu mengabulkannya. Namun, turunkanlah kepada mereka hukummu. Karena sesungguhnya engkau tidak tahu apakah mereka mampu menerapkan hukum Allah terhadap mereka atau tidak.”(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab As Sair, Bab Ta’mirul ‘Umara ‘Alal Bu’uts, jilid IV, juz 12/3-38 (Syarh Nawawi).

Dengan demikian, barangsiapa memberikan janji kepada seseorang, atau kepada istrinya, anaknya, sahabatnya, atau kepada seseorang yang berwenang---kemudian dia mengkhianati janji tersebut tanpa ada sebab udzur syar’i—maka telah dianggap pada dirinya ada salah satu tanda kemunafikan.

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya pada hari kiamat Allah akan meletakkan pada pengkhianat sebuah bendera. Lalu dikatakan: ‘Ingatlah, inilah pengkhianatan si fulan’. (HR. Imam Muslim)

Termasuk ke dalam pengkhianatan adalah menyia-nyiakan amanat. Sebagaimana kita ketahui, di pundak setiap muslim bertumpuk berbagai macam amanat. Mulai dari amanat Allah dan Rasul-Nya, amanat dakwah, amanat rumah tangga, amanat profesi, sampai kepada amanat dari diri sendiri. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al Anfaal : 27).

Karakter Ke-3 : Fujur dalam Pertikaian

Sabda Rasulullah SAW dalam Kitab Shahih Bukhari dan Muslim:
“Dan apabila bertengkar (bertikai), dia lacur.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari pada Kitab Al Iman, Bab ‘Alamah al Munafiq, juz 1/11 (Fathul Bahri), juga diriwayatkan oleh Imam Muslim pada Kitab Al Iman, Bab Bayan Khishaal Al Munafiq, juz II, Jilid I, hlm. 46 (Syarh An Nawai). Keduanya dari Abdullah bin amr bin Al ‘ash).

Para ulama berpendapat, barangsiapa bertikai dengan seorang muslim –saya sebutkan “seorang muslim”, sebab pertikaian dengan orang-orang kafir memiliki pembahasan tersendiri—kemudian dia berbuat lacur/fasik dalam pertengkarannya, maka Allah menyaksikan bahwa orang tersebut tergolong fajur (yang berbuat lacur) sekaligus munafik.

Sementara itu, mengenai pertengkaran dengan orang kafir, dalam hal ini ada hadits Nabi SAW yang menyebutkan: “Peperangan itu tipu muslihat.” ( Diriwayatkan oleh Abu Daud pada Kitab Al Adab, Bab Al “idah, nomor 4996. Dan Imam Al Baihaqi (10/198) dari jalan Ibrahim bin Thahan dengan isnad yang sama, dalam Kitab Asy Syahadat, Bab Man Wa’ada Ghairuhu. Hadits ini dha’if karena perawi yang majhul, yaitu Abdul Karim bin Abdullah bin Syaqiq. Lihat Kitab Sunan Abu daud, hadits nomor 4996).

Ali bin Abi Thalib sendiri dalam menghadapi musuh kafir menerapkan strategi dengan landasan hadits tersebut. Apabila orang-orang kafir telah berkhianat, lalu kita mempermainkan dan mengadakan tipu muslihat terhadap mereka, maka hal itu mempunyai landasan serta tidak termasuk khianat dan lacur. Hal ini tergolong dalam kategori strategi dan tipu muslihat terhadap musuh Islam.

Karakter Ke-4 : Ingkar Janji

Rasulullah SAW bersabda: “Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya (diberi amanat) dia berkhianat.” (HR. Bukhari-Muslim)

Inkar janji adalah sifat yang dapat merusak dan memporak-porandakan seluruh rencana. Ingkar janjji juga merupakan perilaku buruk yang dapat melunturkan kepercayaan dan kesetiaan masyarakat kepada seseorang. Seperti kurang disiplin dalam menepati waktu. Bahkan, keterlambatan seakan-akan telah menjadi sesuatu yang biasa. Oleh sebab itu, barangsiapa berjanji kepadamu dengan menentukan tempat dan waktu kesepakatan, kemudian mengingkari janji tersebut tanpa ada udzur syar’i, maka di dalam jiwanya telah bercokol cabang kemunafikan.

Seorang ulama yang shaleh, jika berjanji kepada sauadara-saudaranya sesama muslim selalu mengatakan, “Insya Allah, antara saya dan kamu tidak ada mau’id (waktu perjanjian). Jika saya dapat, saya akan datang. Namun, jika tidak dapt, berarti saya udzur.” Hal demikian dilakukannya dengan tujuan agar pada dirinya tidak tertulis salah satu dari cabang-cabang kemunafikan.

Bersambung....
Kutipan dari http://www.hudzaifah.org/Article537.phtmlSumber : Kitab 30 Tanda-Tanda Orang Munafiq, A’aidl Abdullah al Qarni

Entri Populer

Muslim HeroesDAPATKAN APLIKASI STORY OF MUSLIMHEROES UNTUK HP NOKIA 5800 ANDA DISINI